Jangan Pernah Terlambat

Hari itu ayah meninggal. Bulan Januari, udara sejuk, cuaca gelap tidak menyenangkan. Dalam kamar Rumah Sakit yang sempit, ayah sedang bersandar pada topangan tanganku, ketika tiba-tiba matanya terbeliak dengan pandangan heran yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Siluet Anak perempuan dan ayah

Aku yakin, pastilah malaikat kematian telah memasuki kamar itu. Segera setelah itu badan ayah menjadi lemas, terkulai. Kuletakkan kepalanya perlahan-lahan diatas bantal. Kututup kedua matanya. Dan aku berkata kepada ibuku yang duduk berdoa disamping tempat tidur ayah,

mama, sudah selesai. Ayah sudah meninggal.”


Kata-kata ibuku waktu itu membuat aku terkejut. Aku tak akan pernah mengerti, Mengapa kata-kata itulah yang pertama keluar dari mulut ibuku sesaat setelah ayah meninggal. Ia berkata,


oh, ia sangat bangga atas kamu. Ia begitu mencintaimu.”


Entah bagaimana, kata-kata yang beberapa patah ini menyampaikan sesuatu yang sangat penting bagi diriku. Aku tahu ini dari reaksi yang timbul dalam batinku ketika mendengarnya.


Kata-kata itu bagaikan sinar cerah yang tiba-tiba menyala, seperti suatu pikiran mengejutkan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Namun ada sebuah kepedihan mendalam yang menikam hatiku. Apakah aku baru saja mengenal ayahku setelah dia meninggal, dan justru bukan sewaktu ia masih hidup?


Beberapa saat kemudian dokter mengadakan pemeriksaan untuk memastikan kematian ayah. Aku bersandar pada tembok jauh di sudut kamar, menangis lirih. Seorang perawat datang menghampiriku. Ia memelukku dengan lembut untuk menghiburku. Aku tidak kuasa berbicara melalui lelehan air mataku. Aku mau mengatakan kepadanya,


aku menangis bukan karena ayahku baru saja meninggal. Aku menangis karena ayah tidak pernah mengatakan kepadaku bahwa ia bangga atas diriku. Ia tak pernah mengatakan bahwa ia mencintaiku. Tentu saja, aku seharusnya tahu semua itu. Seharusnya aku tahu betapa besar perananku dalam hidupnya dan betapa aku memenuhi hatinya. Tetapi aku tak pernah tahu. Ia tidak pernah mengatakannya.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar