Cinta Saja Tidak Cukup

Sore itu merupakan awal dari semuanya.

Sambil menggenggam tanganku dan tangan satunya lagi menarik troli bag yang berisi semua pakaian mama dan saya, kami berjalan keluar dari rumah.

Saya menangis menatap kearah papa, yang sialnya hanya sanggup melihat kami melangkah menjauh.

“kenapa mama dan papa harus cerai?”, tuntut saya setelah kami berada di dalam mobil.

“karna sepanjang umur itu lama… kamu akan paham nanti”, jawab mama saat itu.

Kata orang, seorang ayah adalah pahlawan pertama bagi anak lelakinya dan cinta pertama anak gadisnya. Kamu boleh menyangkalnya tapi pernyataan itu berlaku juga bagiku. Dimataku papa merupakan seorang ayah yang baik, juga seorang suami yang bertanggung jawab.

ilustrasi ketika sebuah hubungan sudah berada di ujung jalan perpisahan

Papa memang sibuk dengan pekerjaannya, tapi itu ia lakukan untuk memastikan saya dan mama tidak kelaparan. Kami jarang keluar untuk sekedar refreshing misalnya makan di restoran atau pergi piknik, tapi saya maklumi itu karna papa memang sedikit workaholic.

Eyang juga sayang sama papa. Baginya papa merupakan sosok menantu yang nyaris sempurna. Papa kehilangan orang tuanya dalam usia yang masih muda sehingga wajar jika ia merindukan kasih saying orang tua, dan eyang melakukannya. Bahkan sering kali saya merasa eyang lebih menyayangi papa dari pada mama yang notabene anaknya sendiri.

Terkadang memang papa dan mama beradu argument, terutama bila di kebun kecil mama di halaman rumah terdapat puntung rokok. Ya, mama cukup mencintai bunga-bunganya dan bekerja keras untuk itu. Tapi sulit bagi saya untuk mengerti bahwa sepotong puntung rokok bekas bisa menyulut api kejengkelan di dalam diri mama.

Tapi selain dari pada itu mereka cukup akur, dan saling mencintai selayaknya seperti sepasang suami istri. Setidaknya itu yang tampak dimataku hingga sore itu.

Beberapa tahun kemudian hadir papa tiri. Orangnya baik dan cukup ramah.

Saya ingat bila mama memasak sesuatu yang sedikit spesial untuk makan malam kami, papa tiri akan mengajak saya untuk menunggu di meja makan sambil membicarakan tentang banyak hal, seperti sekolah saya, teman saya, kegiatan ekskul apa yang sy ikuti, hingga bakat minat saya.

Kalau mereka sedang bepergian, ya mereka suka bepergian berdua jika saya tidak dapat ikut, biasanya selalu ada jenis tangkai bunga baru mereka bawa pulang. Papa tiri juga hafal semua jenis bunga yang mama tanam dan bagaimana merawatnya.

Hari ini saya mendengar kabar bahwa mama masuk rumah sakit jadi saya bergegas menyusul kesana. Dalam perjalanan saya berharap semoga mama baik-baik saja.

Setelah mendapat petunjuk kamar mana mama dirawat sy pun menuju kesana. Perlahan pintu ruangan ku buka. Ternyata mama tidak sendirian, diseberangnya ada juga pasien lain yang sedang berbaring. Di meja dekat tempat tidur mama ada buah yang sudah dibersihkan dan dipotong-potong diatas piring, sedangkan papa tiri duduk disebelahnya sambil membaca buku. Pasien satunya lagi sedang melirik kearah mama dengan tatapan iri, dan akhirnya aku mengerti maksud mama bahwa sepanjang umur itu lama.

Ternyata cinta saja tidak cukup, rasa nyaman lah yang diinginkan setiap orang. Sama seperti membeli sepasang sepatu, kita baru bisa merasakan nyamannya setelah kita memakainya, tidak cukup hanya dengan melihat keindahannya saja. Karena seumur hidup itu terlalu panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar