Let It Go

Ada satu hal tentang masa lalu yang jarang kita bicarakan: ia tidak benar-benar pergi.

Ia tidak selalu muncul sebagai kenangan yang jelas, tetapi kadang hadir dalam bentuk perasaan yang sulit dijelaskan. Bisa dalam sebuah lagu yang tiba-tiba terdengar di tempat umum, dalam aroma yang mengingatkan kita pada rumah lama, atau bahkan dalam keheningan yang terasa terlalu familiar. Masa lalu memiliki caranya sendiri untuk menemukan kita—bukan untuk menyakiti, tetapi untuk mengingatkan bahwa ia masih ada.

Dan sering kali, kita berpikir bahwa kita telah bergerak jauh darinya. Bahwa waktu sudah cukup untuk membuat segalanya hilang. Tetapi kenyataannya, tidak semua yang berlalu benar-benar pergi.

Ada thread horor tentang bertemu dengan hantu. Namun ada yang lebih menakutkan daripada itu—bertemu dengan kesalahan masa lalu. Kita bisa berlari dari hantu, tetapi kita tidak bisa bersembunyi dari diri sendiri.

                                 ilustrasi orang yang sedang dibayangi masa lalunya

Ketakutan yang Diam-Diam Bertahan

Ketakutan yang diam-diam bertahan sering kali sulit dihadapi daripada rasa takut yang terlihat jelas. Ia tidak berteriak, tidak menuntut perhatian, tetapi bersembunyi dalam keputusan kecil, dalam batas yang kita bangun untuk melindungi diri, dalam cara kita merespon dunia di sekitar kita.

Ia muncul dalam bentuk kehati-hatian yang berlebihan, dalam jarak yang sengaja dibuat, dalam kebutuhan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi hal yang bisa menyakiti seperti sebelumnya.

Saat kehidupan menguji kita dengan badai yang begitu besar, kita belajar bertahan. Tetapi setelah badai berlalu, bekasnya tetap tertinggal.

Kita menyadari bahwa meskipun kita telah melewati masa sulit, ada batasan yang mulai kita bangun sendiri. Kita berhati-hati dalam memilih lingkungan, saya menjaga jarak dengan situasi tertentu, kita menghindari hal-hal yang berpotensi menempatkan kita kembali dalam kondisi yang dulu begitu menyakitkan.

Ini bukan karena kita belum sembuh—kita sudah jauh lebih baik. Tetapi bekas luka memiliki suara, dan kadang-kadang, suara itu berbicara lebih keras daripada yang kita inginkan.

Terkadang, saat kehidupan menempatkan kita dalam situasi yang mirip dengan masa lalu itu, muncul rasa takut bahwa semuanya bisa berulang. Pikiran mulai bermain dengan skenario yang paling buruk, dan naluri pertama yang muncul adalah melindungi diri dengan cara apa pun.

Kita membangun tembok—bukan untuk mengisolasi diri, tetapi untuk menjaga agar tidak lagi jatuh ke dalam kesakitan yang sama. Tetapi apakah tembok itu perlindungan, atau justru batasan yang menghalangi kita untuk benar-benar melangkah ke depan?

Berdamai dengan Diri Sendiri

Di suatu tempat, kamu mungkin saja pernah mendengar kalimat seperti ini,”waktu yang lama dan jarak yang jauh dapat menyembuhkan hati yang terluka”. Pepatah ini memiliki artian sebagai cara alami bagi seseorang untuk melepaskan diri dari rasa sakit, memberikan ruang bagi hati dan pikiran beradaptasi, menerima, dan menemukan kedamaian hati.

Saya pernah berpikir bahwa satu-satunya cara untuk benar-benar sembuh adalah melupakan. Tetapi ternyata, melupakan bukanlah solusinya.

Lalu, apakah pepatah tersebut benar sepenuhnya? Itu tergantung. Waktu dan jarak memang bisa membantu mengurangi intensitas luka, tetapi tidak selalu menjamin penyembuhan. Ada luka yang, meskipun bertahun-tahun berlalu dan dunia berubah, tetap terasa karena tidak pernah benar-benar diproses atau diselesaikan.

Luka masa lalu tidak hilang begitu saja. Ia ada di sana—tersimpan dalam ingatan, dalam tindakan yang kita ambil untuk melindungi diri, dalam keputusan-keputusan kecil yang kita buat setiap hari. Tetapi yang lebih penting bukanlah melupakan, melainkan berdamai dengan diri sendiri.

Berdamai dengan diri sendiri berarti menerima bahwa ada bagian dalam hidup yang tidak bisa diubah, bahwa ada kejadian yang memang menyakitkan, bahwa ada pengalaman yang mungkin tidak akan pernah bisa kita hapus sepenuhnya. Tetapi kita memilih untuk tidak membiarkannya mendikte siapa kita hari ini.

Kita tidak lagi membiarkan ketakutan mengendalikan hidup kita, tetapi kita juga tidak mengabaikan keberadaannya. kita belajar untuk berkata kepada diri sendiri: Ya, saya pernah melalui hal yang sulit. Ya, aku pernah merasa ingin menyerah. Tapi aku ada di sini, sekarang, dan aku telah tumbuh.

Let It Go

Penyembuhan bukan hanya soal waktu dan jarak–tetapi juga tentang bagaimana seseorang memilih untuk berdamai dengan dirinya sendiri, menerima apa yang telah terjadi, dan membangun makna baru dari pengalaman itu.

Setiap orang yang pernah menghadapi masa sulit pasti membawa sesuatu darinya—entah itu trauma, kebijaksanaan, ketahanan, atau ketakutan yang diam-diam masih ada.

Dan mungkin, pertanyaan yang paling penting bukanlah bagaimana cara melupakan?, tetapi bagaimana cara berdamai dengan diri sendiri tanpa membiarkan masa lalu mengendalikan masa depan?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar